Latest Posts | Latest posts from our site.

Sejenak Lupakan Jakarta



Malam yang terang untuk jiwa yang gundah. Gue sedang berjalan menapaki jalanan pemukiman yang tidak terlalu ramai, meski sedikit banyak gue menemukan beberapa orang yang lalu lalang. Ada seorang ayah yang dengan senyum menggandeng anak laki-lakinya, seorang pemuda yang sedang menyalakan kendaraan bermotor sambil membenarkan celananya yang sedikit melorot, ada pula seorang yang tua tengah membawa pulang kantong berisi penuh belanjaan. Malam yang cukup tenang tanpa kebisingan yang berarti.
Apa kalian tahu, kadang ketika kita mencinta selalu saja ada hambatan yang menanti, entah itu berat atau mungkin ringan. Seperti yang gue alami sekarang, sebuah kebodohan dalam hubungan yang gue lakukan membuat seseorang yang setiap harinya terbiasa bercengkerama seketika menghentikan usahanya untuk bicara atau sekedar mencari keberadaan gue.
Terlalu berlebihan, katanya,
Lewat sebuah pesan singkat dengan nada penuh amarah meski dari luar tampak seperti pesan yang tak bernada, tapi ketika kita tahu siapa yang mengirimkan itu ada rasa dan nada yang tersirat didalamnya. Hati gue terlonjak, darah memompa dengan cepat seakan baru saja melihat penampakan.
Sebuah Minggu yang sedih. Seakan kehidupan sedang menertawakan manusia yang dengan optimisnya bilang jika akhir Minggu adalah hari yang indah. Semesta tidak selalu mengabulkan harapanmu, kawan.
Lampu jalanan yang kekuningan menyinari kening gue yang berkeringat karena kelelahan dan kekhawatiran yang berlebihan. Ketika cinta yang indah gue rusak dengan sebuah kecurigaan tanpa dasar dan persekusi yang konyol alhasil kebodohan tingkat tinggi yang gue alami. Sejenak senyum simpul tergurat di bibir ini, terlalu tertekan sampai hal serius gue buat candaan. Senyum yang ternyata tidak mengubah fakta bahwa hati gue sedang bersedih. Lucu, seorang yang perawakan tinggi besar namun hatinya rapuh seperti kerupuk basah.
Jakarta, sebuah kota yang tidak gue duga akan gue singgahi bahkan bertinggal di kota ini. Banyak kenangan, pengalaman dan cerita dari kota ini. Ada tawa, canda, sedih, senang, tangis dan senyum yang tidak terhitung jumlahnya telah tanpa sadar gue rasakan. Tak sedikit pula yang pernah singgah akhirnya pergi. Datang dan perginya banyak orang dari hidup gue menambah cerita yang mengalir dari kota ini.
Kadang,
Gue ingin sejenak lupakan Jakarta serta segala hal didalamnya, termasuk masalah dan orang-orangnya juga. Ingin sejenak lupakan urusan dengan teman-teman, urusan kampus dan urusan organisasi yang masih belum terselesaikan. Mungkin sekarang waktunya untuk mulai berkontemplasi-ria tentang hal-hal bodoh apa yang pernah gue lakukan. Kesalahan-kesalahan yang tak seharusnya gue lakukan namun terlanjur terjadi.
Rasanya ingin gue meminta maaf dan ampun kepada semua orang yang telah tersakiti oleh keputusan yang gue ambil. Tangan gue mulai mendingin seraya gue mengusap bagian samping jaket lusuh gue. Tak terasa malam sudah sampai pada puncaknya. Angin pun seakan menyapa ringan dan bertanya mengapa ada manusia yang masih terjaga pada waktu seperti ini.
Kepadamu seorang yang tulus dan baiknya menjaga hubungan ini kuucapkan selamat malam dan maafkan semua yang telah terucap. Apalah daya seorang yang bodoh ini mengucapkan kata-kata yang tak kalah bodohnya sampai seorang menjadi terluka hatinya. Maaf, hanya maaf yang sampai ini baru bisa terucap.

Sayup-sayup lagu terdengar dari headset kusut yang gue kenakan. Sejenak rasa untuk melupakan Jakarta dan kegilaan didalamnya mulai mereda. Banyak urusan yang belum gue selesaikan dan ingin gue selesaikan secepatnya. Juga urusan kepada orang yang gue cintai dan gue sayangi yang keberadaannya selalu gue nanti.
Semoga malam mu tenang dan esok hari yang indah dengan senang menantimu untuk menyapanya.